No. 1 :
15 April 2013.
Bergembiralah Para
Fransiskus Oleh:
FA. Wiranto (Lingk St Yusuf Mangunharjo 1)
Banyak orang
menyatakan surprise ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio, SJ terpilih sebagai
paus. Bergoglio, seorang Kardinal dari Buenos Aires adalah kardinal dari ordo
Jesuit pertama kali yang terpilih menjadi paus yang ke-266.
Sebagai seorang
pemimpin dunia dengan pengikut paling banyak, Paus Franciscus I memiliki
sederet catatan kehebatan, dan hebatnya, kehebatan tersebut selalu dikaitkan
dengan sikap kesederhanaannya. Misalnya, ketika akan memberikan berkat kepausan
yang pertama, dia minta jemaat mendoakannya terlebih dulu, sebelum kemudian
membagikan berkat Tuhan itu kembali kepada seluruh jemaat. Dia selalu menyetir
mobilnya sendiri dan juga memasak makanannya sendiri. Dia juga memilih tinggal
di rumah yang sederhana bukan di istana kepausan dengan alasan agar bisa selalu
bertemu dengan jemaat. Lalu menelpon sendiri agen koran untuk mengatakan
berhenti berlangganan koran karena tidak lagi tinggal di Buenos Aires. Dan
masih panjang cerita tentang kesederhanaan dan kerendahan hati yang ingin dia
bagikan kepada sesama. Kerendahan hati itu tampaknya diinspirasi oleh
kesederhanaan Santo Fransiscus Asisi. Maka dia memilih nama Fransiscus.
Mengingat nama Santo
Fransiscus baru pertama kali ini dipakai oleh seorang paus, ada kebanggaan yang
sangat khusus pada para pemakai nama pelindung Fransiscus. Apalagi teladan yang
dikabarkan ke seluruh dunia adalah kesederhanaan dan kerendahan hati yang mampu
memberikan kembali makna pada tindak-tindak kesederhanaan yang dilakukan setiap
hari, yang sepertinya pada zaman ini semakinluruh.
Setiap misa kudus
nama Fransiscus selalu disebut di dalam doa Syukur Agung, dan penyebutan nama
itu memberikan dampak magis di dalam hati. Kita serasa selalu didoakan secara
khusus oleh seluruh umat Katolik di dunia setiap hari dan setiap saat. Saya
sendiri merasakan penyebutan nama permandian ini mendatangkan berkah yang
berlimpah-limpah.
Sebuah pertanyaan
nakal, sebetulnya yang dimaksud sebagai Fransiscus oleh Bapa Suci itu
Fransiscus Asisi (FA) atau Fransiscus Xaverius (FX)? Artinya, siapa yang boleh
atau lebih berhak nebeng berkah dari penyebutan nama itu?
Seorang teman yang
memiliki informasi kuat tentang kepausan mengatakan, Paus Fransiscus I meniru
hidup sederhana dari Franciscus Asisi dan memiliki visi ke depan seperti
Franciscus Xaverius. Jadi, semua Fransiscus, bahkan semua orang boleh
menggunakan momentum misa kudus sebagai momentum penuh berkat.**
Nomor 2, 1 Mei 2013
Mengapa Perlu Membaca? Oleh: FA.
Wiranto (Lingk St Yusus Mangunharjo 1)
da orang yang berpendapat bahwa
obyek membaca tidak harus buku. Ketika seorang petani menghitung masa tanam
atau masa panen, ketika nelayan mengamati cuaca untuk memutuskan berangkat
menangkap ikan atau tidak, atau ketika seorang anak kecil lapar lalu menangis,
sudah termasuk kegiatan membaca. Membaca di sini berkaitan dengan gejala alam
semesta. Maka penganut paham ini percaya bahwa membaca itu bukan dominasi
manusia. Seekor harimau yang menangkap gelagat bahaya lalu menyelamatkan diri,
seekor serigala yang mencium bau mangsa di kejauhan lalu memburunya juga dapat
diartikan sebagai membaca.
Membaca dalam pengertian
umum-ilmiah lain lagi. Membaca di sini merupakan aktivitas yang bukan sekedar melibatkan
syaraf mata melainkan melibatkan proses rumit dan majemuk di dalam otak
manusia dalam empat tahap. Ke-empat tahap tersebut adalah: persepsi, memahami,
menanggapi, dan mengintegrasikan.
Persepsi artinya kemampuan untuk
menangkap makna dalam kesatuan kata. Memahami berarti kemampuan untuk menemukan
konsep kata sebagaimana yang terbaca dalam teks. Menanggapi yaitu memberi
penilaian tentang hal yang diungkapkan penulisnya. Mengintegrasikan yaitu
kemampuan memadukan konsep atau ide dari bahan yang dibaca menjadi bagian
pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi (Soelistia dalam Perpustakaan
Menjawab Tantangan Zaman, hal. 42). Setiap kali membaca otak aktif bekerja
secara simultan (bersama-sama) dalam proses empat tahap tersebut.
Sayangnya kebiasaan membaca tidak
datang dengan sendirinya melainkan harus terus dilatih dan dilakukan. Berbagai
penelitian menyebutkan, bila pembiasaan ini dimulai sejak masih usia dini anak
akan memiliki minat baca tinggi, budaya berpikir kuat. Membaca juga dapat
mengembangkan fungsi otak kanan yang membentuk manusia memiliki kepekaan,
kejujuran, jiwa estetika dan berpikir logis.
Format bacaan pun terus
berkembang baik dalam bentuk tercetak maupun non-cetak (elektronik,
audio-visual) seiring perkembangan teknologi. Kegiatan membaca terus
berlangsung meski peran buku konvensional (tercetak) sudah mulai bergeser
akibat perkembangan teknologi informasi. Karena melalui membaca wawasan dan
pengetahuan kita terus bertambah luas. Dengan membaca kita dapat mengikuti
informasi perkembangan dunia.
Membaca ibarat olahraga otak.
Dengan membaca otak kita terus disegarkan sehingga tetap berfungsi optimal.
Mari terus membaca!!**
Nomor 3, 15 Mei 2013
Bahasa Kasih, Bahasa
Asing
Oleh: FX Gerdy Prabowo (Lingk St Yusuf
Mangunharjo 2)
Konon, pada awalnya Allah men-ciptakan umat manusia dalam satu bahasa,
bukan bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang, bukan bahasa Melayu, apalagi bahasa
Jawa. Bukan! Bahasa yang ada adalah bahasa kasih. Tidak ada kata-kata
dalam bahasa kasih, yang ada hanya ekspresi wajah seperti senyuman dan anggukan
saja.
Bayangkan, dulu
bahasa itu diguna-kan semua orang mulai dari bayi sampai para lanjut usia.
Anehnya walaupun tanpa kata-kata semua orang dapat saling memahami karena
ketika berbicara mereka harus saling memandang dan mengguna-kan hati serta
perasaannya untuk saling berbicara dan mendengar-kan. Itulah yang terjadi
ketika seorang ibu menggendong anaknya yang masih bayi, sang ibu me-mahami
keinginan anaknya walau hanya melihat ekspresi wajahnya. Dan sang anak
mengungkapkan terimakasih pada sang bunda hanya dengan senyum-an dan pelukan
eratnya. Dunia saat itu adalah dunia yang hening tapi penuh kasih.
Tetapi, manusia tidak
puas, itu sifat kita, bukan? Kita tahu bahasa kasih kemudian dianggap tidak
praktis, ber-komunikasi hanya dengan senyuman dianggap menimbulkan salah paham
dan bahkan kurang sehat karena terlalu banyak senyum bagi sebagian orang justru
menunjukkan jiwa yang sakit. Maka manusia menciptakan bahasa lisan untuk
melengkapi bahasa kasih.
Kata-kata lisan
diciptakan, disusun dan dirangkai lalu juga dituliskan untuk menyampaikan
maksud tertentu. Semula manusia hanya menciptakan kata-kata yang indah untuk
menyatakan kasih pada sesamanya tetapi semakin lama semakin banyak kata-kata
tercipta, tidak semua kata mengekspresikan bahasa kasih. Maka kata-kata
memenuhi ruangan, memenuhi lembar-lembar kertas, memenuhi lamunan-lamunan.
Inflasi kata-kata.
Dunia yang hening
kini berubah riuh dengan bahasa lisan dan tulisan. Manusia tidak lagi mendengarkan
dengan hati dan perasaan tetapi dengan telinga dan nalar-nya. Kata-kata
memungkinkan manusia berkomunikasi tanpa harus saling memandang. Lalu, manusia
menyadari bahwa ternyata kata-kata juga
bisa jadi senjata, awalnya untuk membela diri tetapi bila perlu bisa dipakai untuk merobek, menusuk, melukai
bahkan membunuh.
Jangan percaya cerita
di atas, itu khan cuma konon, belum tentu benar. Tapi cerita tentang bahasa
kasih itu menjadi sebuah ideal bagi
komunitas kristiani, para murid Yesus. Bahasa kasih jadi sesuatu yang indah
yang ingin kita rasakan dan kita rayakan.
Paulus mengatakan
bahwa bahasa kasih adalah bahasa sikap hidup: sabar, murah hati, tidak sombong,
tidak pemarah, tidak pendendam, menerima dan me-nyimpan segala sesuatu ...
Mungkin suatu saat nanti kata-kata akan hilang, kalimat-kalimat jadi tak
bermakna dan suara-suara akan lenyap. Dunia kembali menjadi hening dan manusia
berpaling lagi ke bahasa kasih. Tak perlu lagi diksi, tak perlu lagi puisi dan
sajak-sajak, tidak perlu lagi kata-kata indah berbunga-bunga. Cukup senyuman
dan pelukan erat.
Selamat merayakan
Hari Komunikasi
Sedunia.
Nomor 4,
1 Juni 2013
Dukungan Gereja
Terhadap Upaya Pemberian ASI Eksklusif
Oleh: Elisabet S.A Widyastuti
(Lingk Santa Maria BKJ-1)
Air susu ibu (ASI) adalah
nutrisi terbaik yang Tuhan sediakan untuk bayi. Tidak ada susu pengganti yang
sebaik ASI. Sesuai dengan anjuran Badan Kesehatan Dunia, WHO, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan kepada bayi mempunyai manfaat yang besar untuk
kesehatan dan kecerdasan anak. Melalui PP nomor 33 tahun 2012, pemerintah telah
mengatur pemberian ASI eksklusif.
Namun hasil sensus
penduduk tahun 2010 dilaporkan baru 33,6% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Sedangkan di Kota Semarang baru 49% bayi yang mendapat ASI eksklusif pada tahun
2011. Butuh banyak dukungan dari berbagai pihak untuk mengampanyekan pemberian
ASI eksklusif, agar semakin banyak anak yang mendapatkan haknya.
ingin tahu opini kunci yang lainnya bisa download disini atau Download disini apalagi bisa atau di Disini juga bisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar